Jejak Spiritual di Tanah Rempah, Menelusuri Misteri Jere di Kota Ternate

Ternate, Maluku Utara – Di balik gemuruh Gunung Gamalama dan rimbunnya pala-cengkih, Kota Ternate menyimpan warisan spiritual yang mengakar dalam: Jere atau **Karamat. Berbeda dengan kuburan biasa, Jere diyakini sebagai situs keramat yang muncul secara mistis tanpa jasad di dalamnya. Keberadaannya menjadi bukti sejarah religiusitas masyarakat Maluku Utara yang bertahan selama berabad-abad .

Jere: Bukan Sekadar Makam Biasa
Menurut kepercayaan tradisional, Jere bukanlah kuburan konvensional. Masyarakat setempat membedakannya secara tegas:
Kuburan: Tempat pemakaman jasad manusia.
Jere/Karamat: Batu nisan tua yang “muncul sendiri” sebagai penanda wilayah keramat, tanpa kandungan jenazah .
Keyakinan ini tersebar di seluruh kawasan kultur Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Setiap daerah di Maluku Utara memiliki Jere-nya masing-masing, membentuk jaringan situs sakral yang menghubungkan masa lalu dan present .

Pulau Ternate: Negeri 43 Jere
Pulau Ternate tercatat memiliki 43 situs Jere, sementara Pulau Hiri menyimpan 9 situs. Beberapa di antaranya memiliki keterkaitan dengan tokoh sejarah dan struktur sosial masyarakat:
Jere Baabullah (Foramadiyahi): Terkait Sultan Baabullah, penguasa Ternate yang legendaris .
Jere Kotanaka: Berada di samping Kedaton Kesultanan, menandai pusat kekuasaan spiritual .
Jere Togolobe (Pulau Hiri): Dipercaya sebagai makam mubalig Arab dari marga Albaar yang menyebarkan Islam di abad ke-16 .

Di Hiri, Jere-Jere ini terintegrasi dengan situs bersejarah lain seperti Lofra (galian perlindungan masa pendudukan Jepang) dan Masjid Togolobe, yang pernah menjadi tempat penyemayaman pejuang kemerdekaan .

Fungsi Sosial-Budaya: Dari Spiritualitas hingga Identitas Kolektif
Jere tidak hanya sekadar objek ritual. Ia berperan sebagai:
1. Penanda Sejarah Islam: Seperti Jere Jou di Tidore, yang menjadi lokasi ziarah tahunan setiap 27 Ramadan untuk menghormati Wali Allah penyebar Islam awal .
2. Pemersatu Komunitas: Di Sulamadaha, Jere Ngara Ma-Dan dan Jere Bale terkait dengan klan Soa Tomaafu, memperkuat ikatan genealogis .
3. Situs Arkeologi Potensial: Batu nisan Jere diduga mengandung data megalitik yang bisa mengungkap fase Islamisasi melalui pendekatan geologi dan arkeologi .

Tantangan Pelestarian: Antara Mitos dan Modernitas
Meski kaya nilai budaya, Jere menghadapi ancaman kelalaian. Seperti diungkapkan Wawan Ilyas dalam artikel Lofra Togolobe: Sejarah dari Bawah:
“Keberadaan Jere yang tak terurus menyimpan memori spektakuler namun sensitif bagi warga. Di balik batu nisannya, tersimpan identitas sejarah dan proses kebangsaan yang terwarisi.” .

Berkurangnya generasi tua yang memahami narasi lisan turut mempercepat punya ingatan kolektif. Saat ini, hanya tersisa Ilyas Husen (95 tahun) di Hiri yang menjadi saksi hidup sejarah Perang Dunia II terkait situs-situs ini .

Revitalisasi: Menjaga “Living Heritage”
Pemerintah dan komunitas mulai menginisiasi langkah pelestarian:
Integrasi dengan Pariwisata: Jere Togolobe di Hiri kini menjadi bagian dari destinasi sunset “Baru Ma Adu” dan wisata alam Batu Lobang .
Pendokumentasian Sejarah Lisan: Proyek perekaman testimoni pelaku sejarah, mengikuti model oral history ala Inggris tahun 1970-an .
Payung Hukum: Upaya memasukkan Jere dalam perlindungan UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya .

Penutup: Jejak yang Menghidupkan Identitas
Jere adalah lebih dari batu nisan; ia adalah prasasti hidup yang mengisahkan resistensi spiritual, akulturasi Islam, dan ketahanan budaya Maluku Utara. Seperti diungkapkan seorang tetua adat:
“Jere itu seperti jangkar: meski ombak zaman menghempas, ia mengingatkan kita dari mana kita berasal.”

Di tengah geliat pariwisata dan modernisasi, Jere tetap tegak sebagai simbol negeri seribu jere—penjaga memori yang bisu namun berbicara lintas zaman.

 

Tim Redaksi

TikTok BELAJAR SEJARAH

Sumber Referensi:
– Busran Latif Doa, Pulau Ternate & Pulau Hiri: Negeri Seribu Jere* (2022)(https://ternate.wordpress.com/2022/01/07/pulau-ternate-pulau-hiri-negeri-seribu-jere-karamat/)
– Wawan Ilyas, Lofra Togolobe: Sejarah dari Bawah  (2025)](https://www.cermat.co.id/lofra-togolobe-sejarah-dari-bawah/)
– Muslim Malaka, Prosesi Ziarah Jere Jou di Tidore (2021)](https://www.jagamelanesia.com/2021/05/10/prosesi-ziarah-jere-jou-ngofa-se-dano-limau-tofo-ine-dipimpin-fomanyira-topo/)

Array
Related posts
Tutup
Tutup