Kontroversi Penutupan Jalan Umum oleh Pendeta Heri Mangadil untuk KKR dan Peresmian Gereja

Halmahera Tengah, RadarTipikor — Pendeta Heri Mangadil baru-baru ini membuat gempar dengan mengadakan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) dan peresmian gereja yang menuai sorotan bagi para pengguna jalan umum pada Senin, 15 April 2024.

Dalam rangka kegiatan acara rumah ibadah yang seharusnya tidak dilarang, namun di sela-sela kegiatan tersebut, terjadi kekhawatiran dari masyarakat terkait penggunaan jalan umum.

Para pengguna jalan umum, terutama yang melintas dari Weda ke Sagea, harus mengalami keterlambatan dan bahkan kemacetan di lorong-lorong jalan desa.

Hal ini disebabkan oleh kegiatan peresmian gereja dan ibadah KKR yang menggunakan badan jalan umum, padahal di desa Lelilef Sawai sudah disediakan lapangan agar acara-acara kegiatan dapat dilaksanakan tanpa mengganggu jalan umum.

Ketika dikonfirmasi oleh Pemerintah Desa Lelilef Sawai, mengatakan bahwa penutupan pusat jalan umum tidak berkoordinasi dengan Pemerintah Desa.

Pemerintah desa sudah menyediakan lapangan agar acara atau kegiatan apapun dapat dilaksanakan tanpa mengganggu waktu dan aktivitas masyarakat. Terlebih lagi, banyak masyarakat karyawan yang bekerja di perusahaan IWIP yang terganggu oleh penutupan jalan tersebut.

Penutupan jalan ini juga dikaitkan dengan acara perayaan ulang tahun Pendeta Heri Mangadil. Bahkan, pendeta Heri menggunakan beberapa anggota kesatuan Mako Brimob untuk menutup jalan arus lalu lintas, yang membuat masyarakat pengguna jalan resah dan mengalami kemacetan parah.

Seharusnya, pengaturan lalu lintas dilakukan oleh polisi dari Lantas Polres Halmahera Tengah, bukan oleh Brimob. Selain itu, tidak ada anggota Brimob yang mengatur lalu lintas di lorong-lorong yang macet.

Tidak ada informasi yang jelas mengenai titik pengalihan kendaraan agar pengguna jalan lain dapat mengetahui jalur alternatif.

Bahkan, diduga bahwa penutupan jalan oleh Pendeta Heri Mangadil tidak memiliki surat izin dari Lantas Polres Halmahera Tengah.

Ketika pihak media mencoba mengkonfirmasi kepada Pendeta Heri Mangadil mengenai penutupan jalan umum, pendeta sulit dihubungi karena ada tamu dari pusat yang sedang berada di rumah pastori gereja GPDI desa Lelilef Sawai, yang lebih dikenal dengan gereja ungu karena warna bangunannya yang ungu.

Tidak ada kejelasan mengenai tamu dari pusat atau dari instansi mana menurut orang yang bekerja di rumah pastori tersebut.

Penulis: Dodi
Editor: redaktur

Array
Related posts
Tutup
Tutup